Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh!
Sahabat TAUBI semua.
1. Alfatiha 7:3
Surah Al-Fatihah sebagai ummul kitab merupakan surah
pertama dalam al-Qur'an tergolong surah makiyah dan terdiri dari tujuh ayat.
Pada ayat ke 7 surah Alfatiha Ihdina
Shirathal laziina an’amta
‘alaihim ghairul magdhub i ‘alaihim wa lad dhaliin’ bermakna: “tunjukanlah kami jalan yang lurus Jalan orang-orang yang Engkau
(Allah) beri ni'mat atas mereka. Bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan
juga jalan mereka yang sesat "
Pada ayat ke 7 surah Alfaatiha pada bagian akhir yaitu
"Waladdhooolliiin" yang artinya "bukan jalan orang-orang
yang sesat."
Doolliin bermakna
golongan orang-orang yang sesat. Artinya mereka telah berada dalam petunjuk
tapi mereka mengabaikan dan merasa benar. Sungguh inilah ciri-ciri orang
sebenar sombong. Maka dengan tegas dapat dipastikan bahwa ciri sesat itu adalah
sombong.
Haji
adalah salah satu rukun Islam yang kelima dan
merupakan ibadah yang wajib dilakukan oleh umat Islam yang mampu. Secara etimologi, Haji bermakna “bermaksud,
menghendaki, atau menyengaja (qasdu)”, secara terminologi, haji
adalah bermaksud menuju Baitullah al-Haram (Ka’bah) untuk melakukan ibadah
tertentu (haji)
dalil diwajibkannya haji ialah dalam Al-Qur’an Allah ﷻ
berfirman:
وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ
إِلَيْهِ سَبِيلاً وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ اللهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
Artinya, “Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah
adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu
mengadakan perjalanan ke sana. Barangsiapa mengingkari (kewajiban) haji, maka
ketahuilah bahwa Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam”
(QS Ali ‘Imran: 97).
Syekh Khatib
asy-Syarbini dalam kitab Mughnil Muhtaj mengatakan, ibadah haji
ke Baitullah al-Haram sudah sering dilakukan orang sebelum diutusnya Nabi
Muhammad. Dalam sebuah riwayat dikisahkan bahwa Nabi Adam ‘alaihissalam
berjalan kaki dari daratan India untuk melaksanakan ibadah haji ke Makkah
al-Mukarramah. Sesampainya di sana, Malaikat Jibril menemuinya dan
mengabarkan bahwa sesungguhnya para malaikat sudah melakukan tawaf di Baitullah
selama tujuh ribu tahun
2. Sesat pada Haji
Sahabat
Taubi semua
Mengapa
ada Sesat pada Haji?
Sebelum menjawab, mari kita telusuri tentang ayat ke 7
bagian 3 ini. Inilah bagian yang melambangkan tentang ibadah Haji. maka insya
Allah tahulah kita siapa yang Allah sebut sesat.
Aktifitas ibadah Haji telah merangkum tentang banyak
rahasia pada ayat 7 bagian 3 ini. Haji dari kata bahasa arab "hajj"
artinya adalah sengaja. Maka makna secara umum berhaji ke Baitullah yaitu
sengaja pergi ke Baitullah. Mekkah Almukarommah tempat letaknya ka'bah (kiblat
sholat seluruh umat Islam).
Nabi Adam, bapak manusia, harus keluar
dari surga karena tergoda oleh bujuk rayuannya (QS al-Baqarah: 36).
Dikatakan, syaitan akan memukul dan menyerang manusia dari segala arah,
sehingga manusia tak berdaya dan menjadi kufur kepada Allah. ''Kemudian saya
(syaitan/iblis) akan mendatangi mereka (manusia) dari muka dan dari belakang
mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati
kebanyakan mereka bersyukur/taat.'' (QS al-A'raaf: 17).
Pada aktifitas haji dapat dilihat secara
keseluruhan adalah bergerak/ berpindah atau disebut dalam Islam sebagai hijrah.
Inilah bermula perjalanan manusia yang Allah sengaja
dengan maksud saling mengenal. Allah telah berkehendak (menetapkan) bahwa nabi
Adam AS dicipta sebagai manusia pertama yang mengalami hijrah (berpindah) dari
alam akhirat (surga) menuju alam dunia fana ini. Beliaulah yang memiliki hakikat ilmu tentang
rukun Islam ke 5 ini, yaitu Haji.
Haji tidak dapat dipisahkan dari perjalanan sejarah dan
kisah kenabian Ibrahim As. Sebagai seorang Nabi yang dikenal dengan sebutan
“Abu alTauhîd”, ketokohan Ibrahim juga membangun pengaruh yang sangat besar
dalam sejarah agama-agama samawi, sejarah ibadah haji bahkan sudah
disebut-sebut telah dimulai sejak proses awal penciptaan nenek moyang manusia,
Nabi Adam As. Konon, posisi Ka‟bah Baitullah -sebagai kiblat ritual pokok umat
Islam- telah dibangun dan ditentukan oleh Allah Swt. pada masa ini, jauh sebelum
perintah pendiriannya pada masa kenabian Ibrahim dan Isma‟il „alaihima al-salâm
(Adam
: 1993 : 122).
Maka siapa yang paham hal tersirat pada rangkaian ibadah haji,
itulah tahapan-tahapan menuju jalan Allah yang lebih rinci. Semua itu
menggambarkan kisah nabi Adam AS bersama istrinya, Siti Hawa yang bermula di
surga lalu turun ke dunia disebabkan sifat lalai (goflah) sehingga
berbuat pelanggaran (sesuatu yang dilarang).
Berdasarkan paparan di atas yang dimaksudkan sesat pada
haji adalah: Goflah atau lalai karena goadaan Iblis,
seperti Nabiyullah Adam AS, Sombong karena Haji adalah keseimbangan zahir dan
batin sehingga perjalan haji bukan hanya hijrah badan tetapi harus disertai
dengan ibadah bathin. Sejarah Naiyullah Ibrahim AS dalam mencari dan menemukan
jawaban dalam mencari Tuhan, kemudian Siti Hajar, Nabi Ismail dengan sejarah
Qurban, yang merupakan tahapan-tahapan ibadah haji yang menuntut kesabaran dan
ketabahan dalam beribadah. Hubbuddunia dalam berhaji (Belanja, healing,
salah niat berhaji, selfi) sehingga
tidak seimbang ibadah zahir dan bathin.
.
3.
Konklusi dan Solusi
Doolliin: ini adalah golongan orang-orang yang sesat pada haji dengan ciri lalai, sesat, tergoda (Iblis, Syaithon, Manusia, Nikmat dunia/ hubbudunnia), dan sombong. Sesat pada haji adalah: Goflah atau lalai karena goadaan, Haji adalah keseimbangan zahir dan batin. Mengingat Sejarah Naiyullah Ibrahim AS, Siti Hajar, Nabi Ismail pada tahapan-tahapan ibadah haji dalam menuntut kesabaran dan ketabahan dalam beribadah. Jauhi Hubbuddunia dalam berhaji (Belanja, healing, salah niat berhaji, selfi)
Mari kita evaluasi dan memperbaiki diri dengan
menghindari sejauh mungkin Goflah, bersikap sombong, Semoga Allah memberi kita
kesempatan untuk berangkat haji ke Makkah Almukarromah, aamiin..
Wallahua’lambisshawab.
Referensi:
https://www.taubi.my.id/alfatiha
https://www.taubi.my.id/alfaatiha-ayat-73
https://www.taubi.my.id/hikmat 07-Juni-2024
https://tanwir.id/mengurai-makna-al-maghdub-dan-dhaliin-dalam-al-fatihah/
This post have 0 comments
EmoticonEmoticon