bismillah

10 Januari 2025

author photo

 

MANUSIA SEMPURNA

Melalui Gerbang Zohir dan Bathin



             Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh!

Sahabat Taubi Yang Dirahmati Allah SWT

 

1.  Pendahuluan

Ilmu pengetahuan telah menempatkan manusia pada jurang keterasingan yang gelap. Ilmu pengetahuan yang mulanya dipahami sebagai ikhtiar bagi pemuliaan hakikat manusia, malah bergerak mendekati [1]tubir-getir krisis kemanusiaaan multi dimensi. Manusia menjadi teralienasi akan dirinya. Kegagalan manusia kontemporer dalam memahami makna eksistensi manusia dalam proses menuju kesempurnaan diri.

 

 Sahabat  Taubi Yang Dirahmati Allah SWT

 

2.  Manusia Sempurna (al-kamâl)          

 

Manusia sempurna menurut Buya Hamka adalah manusia yang sadar akan kekurangan dan kesalahan yang ada dalam diri, tetapi masih terus berusaha memperbaiki diri untuk mencapai kesempurnaan. Pokok manusia sempurna adalah keutamaan dan kebersihan jiwa. Sebab, esensi manusia itu adalah ruh dan jasad bersifat sementara dan hanya sebagai perantara untuk mencapai kesempurnaan.

Melalui pembersihan jiwa melalui lima tahap, yaitu; bergaul dengan orang-orang budiman, membiasakan untuk berfikir, menjaga syahwat dan kemarahan, menyelidiki cita-cita atau aib diri sendiri, menimbang sebelum mengerjakan sesuatu.

 

Ada dua penyakit hati yang menghambat manusia dalam mencapai manusia sempurna, yaitu tahawwur dan jubun. At-Tahawwur dan Al-Jubn melahirkan penyakit hati seperti: ujub, bangga (sombong dalam bentuk fisik), bertengkar, mengolok-olok, ingkar janji, dan dendam. Karena Setiap manusia berada dalam kerugian Quran Surat (QS) Al 'Asr ayat 2-3. Surat ini mengandung peringatan dari Allah SWT. menjadi pengingat bagi manusia terutama tentang keadaan yang merugi, Lantas, bagaimana menjadi manusia sempurna?

 

Persoalan fundamental yang menyebabkan manusia meninggalkan fitrah yang benar dan terjerumus ke lembah kesesatan.  Visi manusia hari ini merupakan sesuatu yang tidak alamiah sekaligus menyimpang dari alur penciptaan sang Khaliq.

Kesempurnaan manusia sebagai evolusi dan gerak menyempurna (harakah istikmâliyah). Melalui prinsip hudûrî[1] sebagai induk semua pengetahuan,  namun pengetahuan burhânî yang di dasarkan pada silogisme-demonstratif dan pengetahuan hushûlli .

Ikhtiar manusia dalam menggapai kesempurnaannya yakni untuk memahami asal dan tujuan manusia. Melalui ilmu dan iman, yang diikuti oleh amal perbuatan. Jika seseorang dapat menyaksikan hakikat kediriannya, maka ia akan menyadari bahwa kediriannya  ditopang oleh Illah-nya.

 

Manusia yang dapat diidentifikasi dalam tiga  jenis, (Imam Ali) 1) Ilmuan atau Rohaniawan; 2) Si Pencari Ilmu; 3) Si Busuk yang memburu penyeru dan ikut pada segenap arah angin. Al-Ghazali pernah mengatakan: kematian merupakan titik kesempurnaan dari manusiaAllah telah memberikan kemuliaan pada manusia, dengan memberikan akal yang berfungsi untuk memahami yang ada di dunia ini, termasuk mengenal Allah sebagai pencipta segala sesuatu, juga untuk memahami hikmah dan amanah yang diberikan Allah pada manusia.

 

Tahapan-tahapan menuju manusia sempurna          

                a.      Mengenali Diri (Ma’rifat Ad-Dzât)

Kapasitas manusia demi mencapai kesempurnaan diri sendiri melalui pengenalan potensi diri, disebut dengan Ma’rifat adz-dzat (mengenali diri).

Menurut Thabâthabâ’î Maksud dari ma'rifatu an-nafs berarti mengenali jiwa dengan penyaksian dari hati, dan puncak dari pengenalan ini ialah mengenali Tuhan

b.      Kembali Kepada Diri

Merenungi apa yang ada di dalam diri dengan berbagai unsur sebagai upaya kembali pada         diri, yang bertujuan mengenali hal paling dasar (al-hadaf al-ashli) dan kesempurnaannya.             Untuk meningkatkan kualitas diri, melalui kontemplasi atas dimensi bathiniah diri sendiri.

Kesempurnaan hakiki manusia adalah sebuah perjalanan ‘ilm yang dialami ruh di                 kedalaman relung diri melalui gerbang Zohir dan Bathin menuju Allah untuk sampai kepada suatu            maqam, yakni suatu tingkatan kesempurnaan hakiki manusia. Pada tingkatan ini, manusia akan  mendapati dirinya sebagai keterikatan dan keterpautan itu sendiri. Ia tidak mendapati                 kemandirian apapun pada dirinya dan pada semua maujud dalam tataran zat, sifat, maupun     perbuatan.


3.  Konklusi dan Solusi  

 

1) Manusia sempurna menurut Buya Hamka adalah manusia yang sadar akan kekurangan dan kesalahan yang ada dalam diri, tetapi masih terus berusaha memperbaiki diri untuk mencapai kesempurnaan.

2) Penyakit hati menghambat manusia mencapai manusia sempurna, yaitu At-Tahawwur dan Al-Jubn melahirkan penyakit hati seperti: ujub, bangga (sombong dalam bentuk fisik), bertengkar, mengolok-olok, ingkar janji, dan dendam.

3)  Kesempurnaan hakiki manusia adalah sebuah perjalanan ‘ilm yang dialami ruh di                kedalaman relung diri melalui gerbang Zohir dan Bathin menuju Allah


 

Wallahua’lambisshawab. والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ

Assalamualaikum Warhamtullahi Wabarakatuh.

 

Referensi:

 

https://www.taubi.my.id/sempurnanya-diri-manusia

Rukmana, Asbianti dan Kholid Al-Walid. 2011. Konsep Manusia Sempurna Perspektif Buya Hamka Paradigma: Jurnal Kalam Dan Filsafat.  Vol. 3, No. 2, Desember 2021, (76-88)

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/paradigma

Anwar, Saeful dan Yudi Daryadi. 2019. Konsep Manusia Sempurna  Menurut Muhammad Taqî Misbâh Yazdî Jaqfi. Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam, Vol. 4, No. 1, 2019:1-40. p-issn 2541-352x e-issn 2714-9420 

 https://journal.uinjkt.ac.id/index.php/paradigma/article/view/30901

https://www.taubi.my.id/terhubung-dengan-allah

https://www.taubi.my.id/marifat-zikr



[1] Ilmu hudhuri memiliki ciri-ciri (karakteris-tik) sendiri. Adapun ciri-ciri tersebut adalah: 1) ilmu hudhuri memiliki kebebasan dari dualisme kebenaran dan dualisme kesalahan. Sebab, esensi pola ilmu kehadiran tidak berkaitan dengan gagasan korespodensi. 2) ilmu hudhuri memiliki kebebasan dari pembedaan antara ilmu dengan konsepsi dan ilmu dengan kepercayaan. Penelusuran sejarah konsep ilmu hudhuri akan membuktikan kebenaran yang sudah jelas ini dan bertindak sebagai pendahuluan bagi pemeriksaan terhadap logika batinnya serta implikasi-implikasinya bagi filsafat

[2] Kumail ibn Ziyâd an-Nakha’î adalah pemegang rahasia keimanan dan salah seorang sahabat utama Amirul Mukminin (Imam Ali a.s). Ia menempati kedudukan besar dalam pengetahuan dan prestasi dan mencapai tempat utama dalam kezahidan dan taqwa. Ia gubernur Amirul Mukminin di Hît selama beberapa waktu. Ia dibunuh oleh Hajjâj ibn Yûsuf Tsaqafî di tahun 83 H. dalam usia sembilan puluh tahun dan dikuburkan diluar kota Kûfah. Dikutip dari Sayid Syarif Radhi, hlm. 279. 

 [1] Tubir dalam bahasa gaul diartikan sebagai Ribut, atau situasi tidak keruan yang diidentikkan dengan bertengkar secara virtual.

This post have 0 comments


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post

Advertisement